Selasa, 06 Oktober 2015

MENOLAK BUNGKAM

Pada setiap mimpi tentang keadilan selalu ada orang-orang yang siap berkorban. Para pejuang yang sudi mempertaruhkan segalanya membela orang-orang yang tak selalu dikenalnya bukan hanya menumbalkan diri sendiri kadang meninggalkan keluarga dan sanak famili. Mara bahaya jadi santapan sehari-hari resiko tak ubahnya kopi di pagi hari, dari para pejuang yang rutin menghadpi ancaman kita akan bertanya, dari manakah asal usul keberanian.

Kerap kali pendapat ini dan itu muncul dengan mengkritisi pemimpin bahwa kepedulian pemimpin sangat dibutuhkan oleh rakyatnya. Kerap kali muncul pendapat bahwa pemimpin lupa akan tugasnya jika sudah menjadi.

Menyangkut sebuah kasus yang masih belum terpecahkan dengan keluarga mempunyai harapan agar pemerintah ikut merasakan apa yang telah sanak famili rasakan. Berharap pemerintah menuntaskan kasus-kasus yang ada rakyatnya yang selalu ingat bahwa ada ruang dimana jika sudah tahu tak perlu meminta untuk penyelesaian kasus tersebut.

Di rakyat itu sendiri pasti ada rasa kehilangan itu pasti tidak bisa tergantikan ketika orang tidak pernah luka dengan orang yang pernah luka itu beda, jadi rasa itu bukan kemudian menjadikan sakit tetapi menjadikan punya energi untuk bahwa tidak semua rakyat harus merasakan hal yang tidak enak dan adalah salah jika semua orang menyatakan dendam yang tersimpan begitu kental karena rasa cinta kepada Negeri melumpuhkan rasa keinginan membalas tersebut.

Diterror, diintimidasi, disiksa, dihilangkan, hingga dibunuh kerap dialami oleh para Aktivis di Negeri ini ketika Aktivis menyuarakan kejanggalan, maka nyawa jadi taruhan. Sederet ancaman itu nyata.

Untuk mempunyai keberanian dalam mengkritisi mnyuarakan suaranya mungkin adalah sebuah resiko.

Dikriminalkan menghabiskan hari-hari dibui menjadi bagian perjalanan yang dialami oleh banyak Aktivis dengan Menolak Bungkam menyuarakan suara. Sura ketidak adilan yang mereka serukan membela rakyat yang tertindas dengan berbagai kisah memilukan yang dialami para Aktivis di Negeri ini.
Apakah memang negara betul tidak berdaya?

Kesimpulan : Kerap terjadi dengan kepentingan individual dan kebersamaan menyangkut prioritas bangsa menyatukan semua rakyatnya, berjalan menyelesaikan masalah yang ada bersama-sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar